Padahal menurutnya, meski kontribusinya hanya sekitar 8% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), pengeluaran negara tetap menjadi penggerak utama aktivitas ekonomi nasional.
"Dan biasanya pertumbuhan ekonomi itu penggeraknya adalah dari mereka (belanja pemerintah), walaupun hanya 8% dari PDB," tambah Aviliani.
Selain itu, Aviliani menekankan pentingnya peran BUMN dalam memicu pergerakan sektor swasta.
Dia menyebut saat ini BUMN, khususnya di sektor konstruksi, cenderung lamban bergerak karena terkendala pelaksanaan proyek-proyek APBN.
“Nah itu dua hal yang paling penting untuk penggerakan pertumbuhan ekonominya,” tegasnya.
Lebih jauh, Aviliani juga menggarisbawahi pentingnya membangun persepsi positif di kalangan pelaku usaha di tengah ketidakpastian global yang terus berlanjut.
“Sekarang yang harus dibangun adalah persepsi domestiknya sendiri. Bagaimana kebijakan-kebijakan pemerintah itu mampu untuk membuat pengusaha itu percaya untuk ekspansi. Karena itu kepercayaan ini juga menjadi salah satu faktor,” ucapnya.
Aviliani menyatakan bahwa fokus kebijakan saat ini harus diarahkan pada sisi permintaan (demand side), bukan hanya pasokan (supply side). Dengan peningkatan daya beli masyarakat melalui pengeluaran pemerintah, sektor UMKM dan pariwisata akan ikut tumbuh dan membuka lapangan kerja.
“Kalau tidak tepat sasaran, akhirnya tidak akan berdampak pada multiplier effect. Jadi harus melihat demand side. Sekarang policy harus bicara demand side, tidak hanya supply side,” tandasnya.
(Taufik Fajar)