JAKARTA - Morgan Stanley Capital International (MSCI) mengkaji untuk menggunakan data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) sebagai acuan tambahan dalam menghitung free float saham-saham Indonesia yang menjadi konstituen indeks globalnya.
Rencana ini diajukan dalam konsultasi publik terhadap pelaku pasar yang berlangsung hingga akhir tahun ini.
Melalui proposal yang diajukan, MSCI mengusulkan agar laporan bulanan kepemilikan saham emiten dari KSEI ini dapat dijadikan referensi tambahan dalam perhitungan free float saham Indonesia.
"Untuk mempertimbangkan Laporan Bulanan KSEI sebagai referensi tambahan dalam memperkirakan free float untuk efek Indonesia," tulis MSCI dalam dokumen 'Consultation on Certain Topics Related to Free Float' yang diterbitkan September 2025, dikutip Senin (27/10/2025).
Pihak MSCI menjelaskan selama ini perusahaan di Indonesia hanya diwajibkan mengungkap pemegang saham dengan kepemilikan minimal lima persen.
Sementara itu, KSEI yang memiliki laporan bulanan atau Monthly Holding Composition Report dinilai memberikan klasifikasi lebih rinci atas kepemilikan di bawah lima persen.
Ini mencakup kategori investor seperti individu, korporasi, lembaga keuangan, dana pensiun, dan lainnya.
Dalam proposalnya, MSCI akan menghitung free float berdasarkan dua sumber, yaitu data kepemilikan publik dari laporan emiten, dan data agregat dari KSEI, kemudian memilih nilai terendah di antara keduanya.
MSCI juga menyebutkan bahwa berdasarkan data KSEI, kategori saham yang akan diklasifikasikan sebagai non–free float meliputi saham berbentuk fisik (scrip), kepemilikan korporasi (baik lokal maupun asing), serta kategori 'others'.
Sebagai alternatif, MSCI membuka opsi perhitungan yang hanya mengecualikan saham scrip dan kepemilikan korporasi dari free float.
Konsultasi ini akan berlangsung hingga 31 Desember 2025, dengan hasil akhir diumumkan pada atau sebelum 30 Januari 2026.
Jika disetujui, perubahan metodologi ini akan diimplementasikan pada Index Review periode Mei 2026.
Dalam simulasinya, MSCI mencatat penerapan metode baru dengan mempertimbangkan kategori 'Corporates' dan 'Others' sebagai non–free float dapat mengubah bobot sejumlah saham besar di pasar Indonesia.
Beberapa emiten yang terdampak antara lain PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), dan PT Astra International Tbk (ASII).
(Dani Jumadil Akhir)