JAKARTA - Perum Bulog memastikan akan terus melakukan operasi pasar (OP) untuk menstabilkan harga beras di pasaran. Hal ini dilakukan, mengingat harga beras di pasaran sejak operasi pasar dilakukan pada September 2017 masih belum turun signifikan.
”Di beberapa daerah memang sudah turun, meski kecil penurunannya karena sudah memasuki musim panen. Makanya, kita akan terus melakukan operasi pasar karena harga belum stabil,” ujar Direktur Utama Perum Bulog Djarot Kusumayakti di Jakarta.
Baca juga: Pasokan Beras Menyusut, Lahan Pertanian pun Berubah Jadi Hunian
Berdasarkan pantauan di situs Kementerian Perdagangan (Ke mendag) harga beras jenis medium kemarin berada masih di level Rp11.000 per kg, di atas harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah Rp9.450 per kg. Dalam beberapa bulan terakhir, harga beras me dium di pasaran melonjak tinggi, bahkan sampai mencapai di atas Rp12.000 per kg.
Kenaikan harga tersebut terjadi aki bat pasokan dari daerah peng hasil beras berkurang. Djarot menambahkan, untuk menjaga stabilitas harga beras dan menjaga cadangan nasional, pemerintah telah menunjuk Perum Bulog melakukan impor sebanyak 500.000 ton. Dari jumlah tersebut, untuk tahap awal akan masuk sebanyak 5.500 ton dari Thailand dan diperkirakan sampai di Pelabuhan Panjang, Bandar Lampung, pada Jumat (9/2).
Terkait operasi pasar, Djarot mengatakan, Bulog telah melakukannya sejak September 2017 sebanyak 20.000 ton, kemudian De sember 2017 (32.000 ton), Ja nuari 2018 (161.000 ton). Menurut Djarot, saat ini cadangan beras Bulog hanya sekitar 678.000 ton, setelah dikurangi beberapa kali operasi pasar.
Baca juga: Harga Beras di Pasar Induk Cipinang Turun Rp625/Kg
Jum lah tersebut dirasa masih kurang karena idealnya cadangan beras di atas 1,5 juta ton. ”Kalau memperhitungkan perjalanan kapal, bongkar muat, dan distribusi ke gudang, cadangan kita harus di atas itu,” kata Djarot.
Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) Jenderal (Purn) Moeldoko mengatakan, saat ini harga beras di pasaran sudah mulai turun antara Rp400-700 per kg. Hal ini karena di beberapa sentra produksi beras sudah mulai panen.
Meski demikian, ujar Moeldoko, pemerintah tetap akan melakukan impor beras untuk menjaga cadangan nasional. ”Impor itu untuk melindungi petani juga. Beras impor nanti yang masuk ke sini langsung disimpan di gudang tidak langsung ke pasar. Ini akan dikawal oleh Satgas Pangan,” ujarnya.
Baca juga: Menko Darmin: Kita Tidak Ingin Harga Beras Jadi Liar
Menurut dia, impor beras dilakukan semata-mata untuk mem perkuat cadangan beras na sional demi stabilnya harga di ma syarakat. Menurut data yang dimilikinya, kenaikan harga beras beberapa waktu lalu ter jadi tidak di tingkat eceran, tetapi di tingkat petani akibat melesetnya waktu panen, hama, dan gangguan cuaca.
”Makanya ada impor karena pemerintah tidak ingin meng ambil risiko karena panen raya diperkirakan baru akan terjadi pada Maret-April mendatang,” ujar dia.
Moeldoko menambahkan, rencana impor 500.000 ton itu setara dengan seperlima kebutuhan konsumsi beras masyarakat selama satu bulan yang mencapai 2,4 juta ton.