Lebih lanjut, Redma mengungkapkan bahwa saat masih terjadi pandemi Covid 19 pertumbuhan industri Serat dan Benang Filament Indonesia (APSYFI) pada kuartal I dan II 2022 masih tumbuh sekitar 8-13%.
Menurutnya pertumbuhan itu dan sebabkan karena saat itu terjadi kelangkaan kontainer dan terganggunya rantai pasok akibat pandemi covid 19. Hasilnya saat itu produk Indonesia sempat menguasai pangsa pasar domestik.
"Pasar domestik yang menentukan, karena kalau barang impor masih banyak jadi utilitas kita turun, yang akhirnya ada perubahan karyawan dan PHK," pungkasnya.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)