Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

New York hingga Jakarta Terancam Tenggelam!

Safina Asha Jamna , Jurnalis-Minggu, 04 Juni 2023 |07:32 WIB
New York hingga Jakarta Terancam Tenggelam!
Ilustrasi banjir. (Foto: BBC)
A
A
A

Efek awal dari kebaikan permukaan laut, kata D’Hondt, terjadi di bawah permukaan.

“Kita telah mengubur jaringan utilitas, infrastruktur, pondasi bangunan, dan kemudian air laut memengaruhi semua itu sebelum kita melihatnya di atas tanah,” kata dia.

Ketika itu berlangsung, badai akan membawa air masuk makin jauh ke kota-kota.

Solusinya bervariasi, bergantung pada penyebab penurunan permukaan tanah di masing-masing wilayah.

Salah satu pendekatan yang jelas, meskipun memicu masalah lainnya, adalah berhenti membangun.

Sesuai penjelasan Parsons bahwa penurunan tanah di bawah bangunan “umumnya selesai dalam satu atau dua tahun setelah konstruksi”.

Meskipun sebagian besar wilayah New York City memiliki lapisan batuan dasar sekis, marmer, dan gneiss, bebatuan ini memiliki tingkat elastisitas dan rekahan yang memicu penurunan.

Tapi tanah yang kaya akan lempung dan material yang sangat lazim di bagian bawah Manhattan dapat menyebabkan penurunan muka tanah secara signifikan.

Jadi, memastikan agar bangunan terbesar diposisikan di atas batuan dasar yang paling kokoh bisa membantu mengurangi tren penurunannya.

Solusi lainnya, setidaknya untuk beberapa tempat, adalah memperlambat penarikan air tanah dan ekstrasi dari akuifer bawah tanah.

Parsons dan rekan-rekannya memperingatkan bahwa meningkatnya urbanisasi kemungkinan besar akan memperbanyak jumlah air tanah yang diekstrak, lalu lebih banyak konstruksi dibangun untuk mengatasi pertumbuhan populasi.

Menemukan cara yang berkelanjutan untuk memasok kebutuhan air kota dan mempertahankan level air tanah bisa membantu mengatasi isu ini.

Namun, pendekatan yang paling umum adalah melalui program pembangunan pertahanan banjir, seperti tanggul laut, yang berantakan dan jauh dari sempurna.

Tokyo beradaptasi terhadap penurunan muka tanah melalui dua cara. Kota ini telah membangun struktur fisik seperti tanggul beton, tembok laut, stasiun pompa dan pintu air.

Upaya itu dikombinasikan dengan langkah-langkah sosial seperti latihan evakuasi dan sistem peringatan dini.

Sebuah studi tahun 2021 mendokumentasikan bagaimana warga Jakarta, Manila, dan Ho Chi Minh mengambil langkah sendiri.

Misalnya dengan meninggikan lantai rumah, memindahkan peralatan rumah tangga, atau di Manila, membangun jembatan darurat antara rumah-rumah di kawasan rawa.

Alat lainnya yang berguna seperti tangki atenuasi tangki besar di bawah tanah untuk melepaskan air hujan dengan kecepatan yang terkendali dan lambat.

Seorang Ahli Drainese, Martin Lambley di perusahaan manufaktur pipa Wavin, mengatakan bahwa tangki redaman harus dikombinasikan dengan elemen alami seperti kolam, sumur resapan, dan sengkedan.

"Tantangan yang kita hadapi saat ini berbeda jauh dengan bagaimana saluran pembuangan perkotaan dan sistem drainase pertama kali diterapkan,” kata dia.

Dia pun mengatakan kalau menghentikan perubahan iklim dengan mengurangi emisi gas rumah kaca dapat mencegah atau menunda setidaknya sebagian pencairan es di kutub, yang akan memperlambat kenaikan permukaan laut.

"Saya pikir pemerintah harus peduli," kata D'Hondt.

"Jika mereka tidak ingin kehilangan infrastruktur dan kapasitas ekonomi secara besar-besaran dalam beberapa dekade, mereka perlu memulai perencanaannya dari sekarang," pungkasnya.

(Zuhirna Wulan Dilla)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement