Merujuk pada data ini, bukan tidak mungkin ASEAN kelak mampu menjadi salah satu kekuatan ekonomi dunia.
Dengan catatan, ASEAN mampu menjaga pertumbuhan ini dan menyiapkan sejumlah instrumen serta kerangka kerja ekonomi yang lebih kompleks.
China yang basis industri dan manufakturnya kuat serta India yang mumpuni dalam bidang perangkat lunak dan teknologi komunikasi-informatika, menjadi peluang emas bagi ASEAN untuk mendulang keuntungan.
Caranya, ujar Umar, mengembangkan basis produksi dengan menjalin hubungan konsumtif dengan kedua negara itu. Meski begitu, asumsi perkembangan positif ekonomi ASEAN juga masih menyisakan permasalahan dan tantangan ke depannya.
ASEAN harus memikirkan usaha untuk mengatasi ketimpangan ekonomi yang sangat besar antara negara-negara di bagian Selatan dan bagian Utara atau Indocina yang baru bergabung dengan ASEAN pada era 90-an.
ASC Fisipol UGM melihat masalah ini belum dituntaskan, dan dianggap menjadi isu yang sangat menonjol ke depan.
Saat ASEAN makin mendorong integrasi ekonomi namun celah pembangunan tidak terarah maka ketimpangan pada negara-negara anggotanya akan sangat terasa. Hal ini tidak hanya menyangkut ketimpangan yang sifatnya ekonomi atau perdagangan, tetapi ditakutkan juga bisa memicu sentimen yang sangat kuat antarnegara anggota. (ljs)
(Rani Hardjanti)