Dari sisi, penerimaan negara hingga November 2019 tercatat sebesar Rp1.6772,1 triliun atau 77,5% dari target APBN 2019 yang sebesar Rp2.165,1 triliun. Angka ini hanya tumbuh 0,9% dibandingkan periode akhir November 2018 sebesar Rp1.662,9 triliun.
Sedangkan realisasi belanja negara tercatat mencapai Rp2.046 triliun atau sudah 83,1% dari pagu APBN 2019 sebesar Rp2.461,1 triliun. Realisasi ini tumbuh sebesar 5,3% dibandingkan realisasi APBN pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp1.942,6 triliun.
Baca Juga: Tarik Pajak Netflix hingga Google, Sri Mulyani Tunggu Omnibus Law
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, jika dilihat di tengah adanya tekanan ekonomi global, dirinya tetap bisa bertahan yakni dengan tetap terjadinya pertumbuhan pendapatan.
Pengamat perpajakan Yustinus Prastowo mengatakan, perang dagang tidak berpengaruh langsung ke perpajakan. Justru menurutnya harga komoditas lah yang mempengaruhi penerimaan negara.
“Dibandingkan 2018 dengan 2019, itu keliatan harga batu bara, sawit, hampir semuanya terdampak. PNBP kan juga turun ternyata pertumbuhannya. Lalu PPh migas dan kepabeanan juga. Jadi menurut saya memang ada pengaruh di situ, lebih ke arah komoditas,” kata Yustinus kepada Okezone.

Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat penerimaan perpajakan mencapai Rp1.312,4 triliun hingga akhir November 2019. Realisasi ini setara 73,5% dari target dari target dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2019 yang sebesar Rp1.786,4 triliun.
Dengan demikian, di sisa satu bulan terakhir jelang tutup tahun, penerimaan negara melalui perpajakan masih mengalami kekurangan Rp474 triliun. Adapun nilai realisasi tersebut tercatat hanya tumbuh 0,8% dari periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp1.301,5 triliun.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan, penerimaan perpajakan utamanya tertekan oleh Pajak Penghasilan (PPh) migas yang pertumbuhannya terkontraksi -11,5% dari periode yang sama di tahun lalu. Penerimaan sektor ini tercatat sebesar Rp52,9 triliun, padahal pada November 2018 mencapai 59,8 triliun.