Kenaikan ini disebabkan oleh lebih tingginya rata-rata harga bahan baku 2022. Naphtha menyentuh angka USD814 per ton untuk dibandingkan dengan rata-rata 2021 di level USD659 per ton. Hal ini dipicu oleh kenaikan harga minyak mentah Brent sebesar 40% selama 2022 menjadi rata-rata US$99 per bbl dibandingkan dengan rata-rata USD71 per bbl pada 2021.
Disampaikan Suryandi, untuk mengatasi volatilitas yang sedang berlangsung, perseroan terus mempertahankan kebijakan keuangan dengan prinsip kehati-hatian, serta mempertahankan posisi neraca yang kuat, dengan liquidity pool sebesar USD2,67 miliar terdiri dari kas dan setara kas USD1,40 miliar, surat berharga senilai USD876,4 juta, dan fasilitas committed revolving credit yang masih tersedia untuk dapat digunakan sebesar USD393,5 juta.
TPIA membukukan Total Aset sebesar USD4,92 miliar per 31 Desember 2022, turun 1,3% dari USD4,99 miliar per 31 Desember 2021. Sementara itu, total liabilitas meningkat menjadi USD2,12 miliar pada akhir 2022 dibandingkan USD2,06 miliar pada 31 Desember 2021.
Adapun arus kas bersih dari aktivitas investasi mencapai USD291 juta, turun daripada 2021 sebesar USD695,8 juta. TPIA memiliki pengeluaran belanja modal yang lebih tinggi selama 2022, yaitu di level USD114,2 juta, sebagian besar bersumber dari proses Front End Engineering Design CAP2 serta perawatan pabrik Butadiene, Polypropylene, dan Styrene Monomer.
(Taufik Fajar)